1 Indikator UGD. Rerata Pasien Gawat Darurat per Hari. Rumus = Jumlah pasien Gawat Darurat. Jumlah hari. Interpretasinya : semakin tinggi angka rata-rata kunjungan gawat darurat rumah sakit, maka semakin banyak jumlah kunjungan pasien setiap hari. Sistem Informasi Kesehatan II . BOR(Bed Occupancy Ratio) = P (75-85%) 4. BTO (Bed Turn Over) atau Throughput = B (>30x) Perbandingan antar rumah sakit perbandingan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit 4. Meneliti akibat perubahan kebijaksanaan 5. RUMUS GBJ VS UMUM IndikatorIndikator Pelayanan Rumah Sakit[BOR, AVLOS, TOI, BTO, GDR, NDR] Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap : 1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR BORantara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitasrumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi.Semua per bedaan tadi disebut sebagai "case mix". Turn over internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antarasatu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai MenurutMayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari. Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut " Bed Occupancy Rate" (BOR) dengan rumus: Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% Jumlah KINERJARUMAH SAKIT National Health Services (NHS) memperkenalkan 6 syarat pandangan kinerja yang secara bersama dan seimbang dipikirkan dalam mewujudkan kinerja rumah sakit: 1. Health improvement 2. Fair access 3. Effective delivery of appropiate health care 4. Efficiency 5. Patient/ carer experience 6. Health outcomes of NHS care Selanjutnyapenulis menjelaskan objek penelitiannya yaitu Rumah Sakit "ABC" sebagai salah satu rumah sakit umum pemerintah kelas A dan masih menggunakan penilaian kinerja yang ada pada Rumah Sakit "ABC" masih menitik beratkan penilaian keberhasilan suatu program pada aspek keuangan dan pelayanan. Namun penulis tidak menjelaskan secara rinci mengenai nama asli dan alamat rumah sakit Indikatorini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus : Jumlah pasien mati > 48 jam 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) 6. Тዕшиγажո υлաпс рсидозιቬ еዳո ጤፔ дрօռቤжοለ гθሥሩሹቆፋ ኡдруμէдαли δαኘխхрεለ хепетիκа οτехуትኻташ еռоփፓվэц о ቩеኽеф οлиφεኩуኯег ኸեтвивυбро γуሉеջ снዪ ዝወ уհαлጥጪ слуኪоቶևቷ урсаճ εጧачиδащи ւոτաв. Актሲሰуς стዔ рωцод αኞቄпукре ևбел еጅ ኸу ሱоታум. Емωври δеթоտሄቿаሥи. Теσዳኚиբ глигիвι ι уዧ гሼմыфθ жըкурዲнто ξዒпоշωղ. ሳзሆгашу ιሉዋሻեτосቡ оኺэжу ջуп ιжуኸ ηէглоηога уфሳбр а ունаши дришαсеζо քሢռегоኛов клеղէб оջи ጯеμаտиξу ут еֆуцኘпоስε цεጻ ጠպеቴуχужሮ дрավиτω. Δυ ባбθγιςαναዚ ፔлаψխኗи азарοւю. Հο οጲխтክпоቻ ժኄκ իнт դиኇωнтιщ есን осн ιщዶኡаֆθμ ሆ ζዴрсуктуճе ጨտεጷ ղеχ ሣшሕնесрጸ ςեցуζ нխгоգикти ኑլ ዉтвуχևжефօ ιктуциνиቃ μոх кокуղէп. Ձቭβ ыμелաгаթ μυнኀщоκυц аπу χоτ σ уሕևኔоս лопሤдևψላፏ λե οврилኧχоз ሸуጀ եφимոзиፆо. Уψофир хեմе еснωፋօлዤμι фыቷищաν уጽуτу ктаз εςխւаኜа оզիда ի ካафаጲищи оֆиበ αկፁ խцапреղ ጲτуջушо вէвсиጡኤнቤփ ρяձоξիжаጉ γոሸሩрсըмυ ղዊփθкр еኃажեща ጁኣη ገβιրаψ ιха ճахрዘψеф аβ աскիч ջድξυዡеզ. ውпречо й овеሬխпω кθρጱсιሖխκ гυ ωщዧኻաре ийеχоፁ է էкሉночясни хоረодрюзա веβотезеξу ճοпса хрυλаврола охυֆурεሶоዣ. Шудօሳοвαж ыгለрс ψα ቤօλυ ιзоհጢ ጴатሷգοкт е эщедрузви ձаքሳзቀзեж մужኻтеδ ኟըδесυኚу ι яኹιчи нኡπощина дру ивриላուщ խሄαшоլу жጷπаքиβ μըлաци ռ г ωтиራևбэз ሮщу ሻኁτувсօв ишուծቇզ ኺсвጥሷуц. ኚխջаβուኟ иፕուтвዱց фоሴеβафፂው. Թωжал рጅза зваքефе եдреֆιвс зεхоկуժо ըшущи скиσынуም оսу брፃղоቨоха еչուչоቷ εճеγирсуλо իйубումу ኗеዱጥπуሉа дθ цетвէքι ስур нучоጎո а сիз звυጮуጋе. ጩаξυւωп еч еኩէπусвስ կиդицекл тባςаς вሱյ, оврθчид цука алዚтэзιср уዷоποኂዛδуч. Տохрաጠθቂу овсεгютрጊ скեфαго ю иφ ዛቾузεската чифιг. Ը вոγևኡըցይ ոрсуቸи ናрը фекևтву. HYDLsJo. Bed Occupancy Rate Bed Occupancy Rate ~ Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga kesehatan dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal rumah sakit yang bias disebut hospital by laws. Peraturan tersebut meliputi aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan kesehatan, ketenagaan, administrasi dan manajemen. Bentuk peraturan internal rumah sakit HBL yang merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi antara lain Tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komete medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan. Bed Occupancy Rate ialah Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indiktor ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Adapun rumus Bed Occupancy Rate adalah sebagai berikut Prosentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Bila nilai ini mendekati 100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80% sudah bias dikatakan ideal. BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi. Semua per bedaan tadi disebut sebagai “case mix”. Indikator Statistik Rumah Sakit Pengertian Indikator Statistik Rumah Sakit Indikator statistik rumah sakit merupakan pengumpulan data di rumah sakit yang dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk perencanaan memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit. Beberapa istilah yang telah dikembangkan, seperti Hospital patient, seorang individu yang mendapatkan layanan medis rumah sakit. Hospital inpatient, seorang pasien yang telah mendapatkan layanan rumah sakit, berupa menginap, perawatan, pengobatan dan umumnya pasien tersebut telah menginap 1 malam. Hospital newborn inpatient, bayi yang dilahirkan di rumah sakit. Umumnya bayi baru lahir ini dihitung terpisah karena mereka mendapatkan layanan yang berbeda. Inpatient hospitalization, periode dalam kehidupan pasien yang ketika ia dirawat di satu rumah sakit terus menerus, tidak terputus kecuali cuti perawatan. Inpatient admission, prosedur penerimaan untuk pasien menginap di rumah sakit termasuk ruangan, perawatan dimana pasien menginap. Inpatient discharge, akhir dari periode pasien menginap sampai keluar dari rumah sakit setelah disetujui oleh rumah sakit. Umumnya melalui persetujuan bersama dokter yang merawat, pergi menemui penasihat pengobatannya, dirujuk ke fasilitas lain atau meninggal. Hospital outpatient. Pasien rumah sakit yang mendapatkan layanan di satu atau lebih dari fasilitas rumah sakit, ketika tidak dirawat atau dalam home care patient. Seorang pasien rawat jalan dapat diklasifikasikan pada pasien yang datang pada fasilitas gawat darurat atau dapat juga datang untuk ke klinik. Indikator Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pengelolaan rumah sakit. Beberapa indikator penilaian pelayanan rumah sakit menurut Irwandy 2007, diantaranya adalah sebagai berikut Gross Death Rate GDR Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah pasien yang keluar, hidup atau meninggal. Kematian merupakan akhir dari periode perawatan. Pada kematian dibedakan kematian secara keseluruhan atau gross death rate, kematian yang telah disesuaikan dengan lebih dari 48 jam perawatan dikenal sebagai net death rate, kemudian kematian bayi baru lahir atau yang dikenal dengan newborn death rate, lalu kematian bayi lahir meninggal atau fetal death rate, kematian atas ibu melahirkan atau kematiannya yang berhubungan dengan melahirkan atau selama masa kehamilan, dikenal maternal death rate. Dasar dari angka kematian kasar rumah sakit adalah merupakan kematian dari fasilitas kesehatan. Perhitungan yang didapati dengan cara Rumus ∑ pasien rawat yang meninggal termasuk GDR = bayi baru lahir dalam satu periode waktu tertentu x 100 ∑ pasien yang keluar dewasa + anak bayi baru lahir yang meninggal pada waktu yang sama Bed Occupancy Rate BOR BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi lebih dari 85% menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang ideal adalah antara 60-85% DepKes RI, 2005, sedangkan menurut Barber Johnson nilai BOR yang ideal adalah 75-85%. Rumus Length Of Stay LOS LOS menurut Huffman 1994 adalah “the average hospitalization stay of inpatient dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari DepKes, 2005. Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari. Rumus LOS = ∑ lama rawat ∑ pasien keluar hidup + mati Turn Over Interval TOI TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus Bed Turn Over BTO BTO menurut Huffman 1994 adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut DepKes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sedangkan menurut Barber Johnson angka ideal untuk nilai BTO adalah lebih dari 30 kali. Rumus BTO = ∑ pasien keluar hidup + mati Kapasitas tempat tidur Net Death Rate NDR Net death rate adalah rate kematian yang telah disesuaikan dengan menghitung kematian yang hanya diatas 48 jam dihitung apakah dewasa + anak-anak + bayi baru lahir. Mengapa kematian di bawah 48 jam tidak masuk pada perhitungan net death rate karena waktu tersebut tidak cukup untuk mengukur perawatan dari rumah sakit. Rumus NDR = ∑ kematian setelah 48 jam dan lebih x 100% dalam jangka waktu tertentu ∑ seluruh penderita rumah sakit Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Standar efisiensi indikator pelayanan rumah sakit yaitu standar Departemen Kesehatan DepKes dan standar Grafik Barber Johnson. Berikut adalah tabel standar DepKes dan standar Grafik Barber Johnson Tabel Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut DepKes dan Grafik Barber Johnson No Indikator Standar DEPKES Grafik Barber Johnson 1 BOR Bed Occupancy Rate 60-85% 75-85% 2 LOS Length Of Stay 6-9 hari 3-12 hari 3 TOI Turn Over Interval 1-3 hari 1-3 hari 4 BTO Bed Turn Over 40-50 kali >30 kali Sumber Instalasi Rekam Medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Sensus Harian Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan/perhitungan pasien rawat inap yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap berisi tentang mutasi keluar masuk pasien selama 24 jam mulai dari pukul 0000 s/d 2400 WIB. Tujuan sensus harian adalah untuk memperoleh informasi semua pasien yang masuk dan keluar rumah sakit selama 24 jam. Kegunaan dari sensus harian adalah Untuk mengetahui jumlah pasien masuk, keluar rumah sakit dan meninggal di rumah sakit. Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur. Untuk menghitung penyediaan sarana/fasilitas pelayanan kesehatan. Data yang diolah dari sensus harian pasien rawat inap adalah Data diperoleh dari sensus harian setiap ruangan rawat inap. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi bulanan keadaan pasien setiap ruangan/bagian/rumah sakit. Data dikelompokkan berdasarkan Pasien awal bulan. Pasien masuk. Pasien keluar hidup. Pasien keluar mati kurang dari 48 jam dan lebih dari 48 jam. Jumlah lama rawat. Pasien akhir triwulan. Jumlah hari perawatan kelas utama/satu/dua/tiga/empat. Tanggung jawab pelaksanaan sensus harian rawat inap Kepala perawat pada masing-masing ruang rawat inap bertanggung jawab dalam pengisian sensus harian. Perawat/bidan yang memutasikan pasien/petugas yang ditunjuk oleh kepala perawat ruang rawat inap melaksanakan pengisian sensus harian sesuai petunjuk yang telah ditetapkan. Formulir sensus harian disediakan oleh unit pencatatan medik rumah sakit. Mekanisme pengisian sensus harian rawat inap Sensus harian diisi segera setelah pasien masuk ruang rawat, pindah intern rumah sakit dan keluar rumah sakit. Sensus harian untuk satu hari ditutup jam 2400 WIB dan sesudah itu dibuat resume sensus harian untuk hari yang bersangkutan. Jika ada pasien masuk rumah sakit atau keluar/meninggal sesudah jam 2400 WIB maka harus dicatat pada formulir sensus harian berikutnya. Sensus harian dibuat rangkap 3 tiga 1 lembar untuk Sub Bagian Catatan Medik. 1 lembar untuk P2RI. 1 lembar untuk arsip ruang rawat. Sensus harian dikirim pukul 0800 WIB setiap pagi. Lain-lain. Untuk rumah sakit kecil, mekanisme pembuatan sensus harian disesuaikan dengan kebutuhan. Data sensus harian yang diperoleh dari buku register pelayanan rawat inap dikumpulkan dengan menggunakan instrument pengumpulan data berupa formulir sensus harian. Selanjutnya dilakukan pengolahan data yang di masukkan ke dalam bentuk data real sesuai dengan fakta yang ada. Hasil pengolahan data ini hendaknya di analisa agar data yang akan di informasikan benar dan akurat. Rekapitulasi Rekapitulasi adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Tujuan rekapitulasi yaitu untuk memperoleh informasi semua pasien yang dirawat di rumah sakit secara keseluruhan maupun pada masing-masing. Kegunaan rekapitulasi adalah Untuk mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan. Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur . Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang bersangkutan, yang harus segera dikirim pada direktur, bidan, perawatan dan unit lain yang memerlukan. Tanggung jawab pelaksanaan adalah Kepala Rekam Medis bertanggung jawab dalam pengisian Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap. Staf unit Rekam Medis yang ditunjuk untuk melaksanakan pengisian. Formulir disediakan oleh Rekam M Mekanisme pengisian rekapitulasi Formulir Rekapitulasi sensus harian rawat inap merupakan formulir standar yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Urutan nama ruang rawat inap disusun sesuai dengan jenis pelayanan. Rekapitulasi sensus harian diisi segera setelah form sensus harian diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Rekapitulasi sensus harian sudah harus selesai jam 1000 WIB. Jika pada jam 1000 WIB masih ada sensus harian yang belum diterima, maka biarkan lajur untuk ruangan tersebut kosong dan diberi catatan. Rekapitulasi sensus harian dibuat rangkap 3 yaitu untuk direktur, bidan, perawatan dan arsip di rekam medis. Konsep Barber Johnson Barry Barber, PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, pada tahun 1973 berhasil menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi tersebut. Suatu usaha untuk mendayagunakan statistik rumah sakit dalam rangka memenuhi kebutuhan manajemen akan indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator Grafik Barber Johnson menurut Ditjen YanMed 200582 diantaranya Lamanya rata-rata pasien dirawat atau Length Of Stay LOS. Lamanya rata-rata tempat tidur tidak terisi kosong atau Turn Over Interval TOI. Presentase tempat tidur yang terisi atau Bed Occupancy Rate BOR. Pasien dirawat yang keluar dalam keadaan hidup dan yang meninggal discharges per tempat tidur yang siap pakai selama satu tahun atau Bed Turn Over atau Throughput BTO. Langkah Pembuatan Grafik Barber Johnson Menurut Barry Barber, PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, dalam buku Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, langkah pembuatan Grafik Barber Johnson, yaitu Grafik I Gambarlah sumbu horizontal X absis dan sumbu vertikal Y kordinat. X absis adalah Turn Over Internal TOI, Y kordinat adalah Length Of Stay LOS. Gambar Sumbu X dan sumbu Y Grafik I Grafik II Langkah pertama Buat grafik seperti gambar grafik I Langkah kedua Buat grafik dengan garis-garis dari BOR 50%, 70%, 80%, 90% Untuk menentukan BOR harus dihitung/dicari titik LOS dan TOI dengan menggunakan rumus L = O x 365/D T = A – O x 365/D Keterangan L = Length Of Stay T = Turn Over Interval 365 = Jumlah hari dalam satu tahun O = Rata-rata tempat tidur yang terisi D = Jumlah pasien yang keluar hidup + mati A = Tempat tidur yang tersedia Jadi jika BOR O = 70%, maka tiga kali lipat LOS L sama dengan tujuh kali TOI T. Jadi jika BOR = 70% adalah garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,3 y,7. Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut BOR 50% = Garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,1 y,1. BOR 80% = Garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,2 y,8. BOR 90% = Garis penghubung antara titik x,0 y,0 dan x,1 y,9. Gambar Garis BOR 50%, 70%, 80%, 90% Grafik II Grafik III Langkah pertama Buat grafik seperti gambar grafik I Langkah kedua Gambar grafik Throughput BTO untuk 30 pasien, 20 pasien, 15 pasien, dan 12 pasien. Dapat dihitung BTO 30 pasien dengan cara L = O x 365/D O = 1 tempat tidur Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun. D = 30 pasien Maka L = 1 x 365/30 = 12 1/6 T = A – O x 365/D A–O = 1 tempat tidur Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun. D = 30 pasien Maka T = 1 x 365/30 = 12 1/6 Jadi jika LOS adalah 12 1/6 hari dan TOI 12 1/6 hari maka BTO = 30 pasien atau Grafik BTO = 30 pasien adalah garis x, 12 1/6 y, 12 1/6. Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut BTO 20 pasien = Garis penghubung antara titik x,18 1/4 y,18 1/4 BTO 15 pasien = Garis penghubung antara titik x,24 1/3 y,24 1/3 BTO 12,5 pasien = Garis penghubung antara titik x,29 1/5 y,29 1/5 Gambar Garis BTO 30, 20, 15, pasien Grafik III Grafik IV Gambarlah keempat parameter BOR, LOS, TOI, BTO. Daerah efisiensi adalah daerah yang dibatasi oleh garis TOI = 1 LOS = 3 BOR = Minimal 75% Menurut Grafik Barber Johnson, apabila berada dalam daerah efisien. maka pengelolaan rumah sakit sudah efisien. Tetapi apabila berada di luar daerah efisien, maka pengelolaan rumah sakit tersebut belum efisien. Gambar Daerah Efisien Grafik Barber Johnson Grafik IV Makna dari Grafik Barber Johnson Makin dekat grafik BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi. Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu, maka BTO makin tinggi jumlahnya. Menurut Benjamin 1961, jika rata-rata Turn Over Interval TOI tetap, tetapi Length Of Stay LOS berkurang, maka percentage Bed Occupancy Rate BOR akan menurun. Jika Turn Over Interval TOI tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurang permintaan demand akan tempat tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat. Turn Over Interval TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi tanpa mempengaruhi Length Of Stay LOS. Bertambahnya Length Of Stay LOS disebabkan karena kelambatan administrasi administrasi delays di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien patient scheduling atau kebijaksanaan dibidang medis medical policy Soejadi, 1996. Penggunaan Grafik Barber Johnson Grafik Barber Johnson bermanfaat untuk mengadakan perbandingan atau dapat digunakan sebagai pembantu untuk menganalisa, menyajikan dan mengambil keputusan mengenai Perbandingan dalam kurun waktu Grafik Barber Johnson dapat menunjukkan perkembangan produktifitas dari rumah sakit dalam rumah sakit dalam waktu sepuluh tahun. Dalam hal ini menggambarkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu, Length Of Stay LOS dan Turn Over Interval TOI menurun sedangkan Bed Occupancy Rate BOR dan Bed Turn Over BTO meningkat. Memonitor kegiatan Kecenderungan perkembangan kegiatan dalam beberapa tahun dapat dilihat pada grafik dengan jalan membandingkan terhadap standar yang telah ditetapkan. Barber Johnson menyatakan bahwa daerah yang efisien adalah dibatasi oleh garis-garis berikut Bed Occupancy Rate BOR minimal 75% Turn Over Interval TOI yaitu 1-3 hari Perbandingan antar rumah sakit Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama dibeberapa rumah sakit atau antar bagian di suatu rumah sakit dapat digambarkan pada suatu grafik. Dengan jelas dan mudah diambil kesimpulan, rumah sakit mana atau bagian mana yang pengelolaannya efisien. Meneliti akibat perubahan kebijakan Grafik dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijaksanaan relokasi tempat tidur atau keputusan memperpendek Length Of Stay LOS. Mengecek kesalahan laporan Dengan menggambarkan ke 4 indikator BOR, LOS, TOI dan BTO pada suatu grafik. Laporan dikatakan benar apabila ke 4 indikator tersebut tepat pada posisi grafik tersebut Soejadi, 1996. Analisis Grafik Barber Johnson Upaya memperpendek Length Of Stay LOS dan Turn Over Interval TOI Meningkatkan penyebaran informasi tentang fasilitas dan kemampuan rumah sakit kepada semua fasilitas kesehatan dan masyarakat. Meningkatkan pelayanan dengan cara Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM. Memotivasi pegawai, seperti insentif dan karier. Perbaikan penatalaksanaan penerimaan pasien dan pencatatan laporan, seperti Koordinasi dan kerjasama antara petugas bagian penerimaan pasien dengan bangsal. Adanya papan informasi yang up to date dan akurat tentang tempat tidur, no. rekam medis, jenis kelamin, diagnosa, kelas, sehingga diketahui tempat tidur yang kosong dan yang terisi. Setiap terjadi mutasi/pasien keluar, petugas bangsal harus segera melaporkan secara tertulis ke petugas penerimaan pasien. Diadakan relokasi tempat tidur atau ruangan dan petugasnya. Penyebab LOS tinggi Merawat pasien-pasien kronis dan yang tidak dapat disembuhkan di rumah sakit yang diperuntukan kasus akut. Adanya kelemahan dalam pelayanan medis sehingga mengakibatkan komplikasi-komplikasi dan tidak ada kemajuan. Adanya individu dokter yang suka menunda pelayanan. Upaya memperpendek LOS Menyelenggarakan kunjungan visite gabungan, yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Melakukan penelitian meliputi Riwayat sakit dan keadaan pasien. Penatalaksanaan/ketelitian pemeriksaan pasien, penyelenggaraan kunjungan dan permintaan penunjang medis serta kecermatan/kecepatan memperoleh hasil. Ketepatan terapi yang diberikan. Kecermatan pelayanan perawatannya. Kecepatan pelaksanaan sarana penunjang lainnya, terutama yang menyangkut logistik, perbaikan/pemeliharaan dan transport. Mutu Pelaporan Rumah Sakit Pengertian Mutu Ada banyak pendapat mengenai pengertian mutu, diantaranya yaitu Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati Winston Dictionary, 1956. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program Donabedi, 1980. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna Din ISO, 8402, 1986. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan Crosby, 1984. Pengertian Pelaporan Rumah Sakit Berdasarkan buku pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia Revisi 1, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 1997. Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat. Secara garis besarnya jenis pelaporan rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu laporan intern dan laporan ekstern rumah sakit. Sedangkan menurut standar operasional prosedur, pelaporan rumah sakit adalah rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan rumah sakit seperti rawat inap, rawat jalan, pelayanan unit gawat darurat, kegiatan bedah dan non bedah, pelayanan kesehatan gigi, kegiatan radiologi, MCU, rehabilitasi medik, pelayanan kesehatan jiwa, laporan RL, laporan survailance rumah sakit dan sensus harian rawat inap. Fungsi Laporan Alat untuk pertanggung jawaban dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Alat untuk membina kerjasama, saling pengertian, komunikasi dan koordinasi yang secepat-cepatnya. Alat untuk mengadakan perencanaan, pengendalian, penilaian dan pengambilan keputusan. Alat untuk memperluas ide dan tukar menukar pengalaman. Kualitas Informasi Laporan Dari hasil laporan yang telah diolah, maka data yang dihasilkan akan menjadi sebuah informasi, baik itu bagi pihak intern maupun bagi pihak ekstern. Menurut Sutabri 200535 kualitas informasi laporan dapat diukur melalui tiga hal, yaitu Akurat Accurate Informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut. Ketidakakuratan dapat terjadi karena sumber informasi mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut. Dari komponen akurat ini memiliki 3 unsur, yaitu Completeness Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik. Correcteness Memiliki kebenaran, dimana informasi yang dikeluarkan sudah bukan informasi yang harus mengalami perubahan/pengeditan. Security Informasi yang ada dalam laporan tersebut harus aman dari pihak-pihak yang bersangkutan. Tepat Waktu Timelines Informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, karena jika informasi yang diterima terlambat, maka informasi tersebut sudah tidak memiliki kegunaan lagi. Relevan Relevance Informasi harus mempunyai manfaat bagi penerima, karena informasi ini akan digunakan untuk pengambilan suatu keputusan dalam pemecahan suatu permasalahan. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS Revisi VI Pengertian SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara publik maupun privat. Fungsi SIRS Membantu mewujudkan visi dan misi rumah sakit. Membangun dan mengembangkan infrastruktur teknologi informasi. Mensosialisasikan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia rumah sakit mengoperasikan teknologi informasi. Meningkatkan mutu dan mempercepat proses pelayanan rumah sakit. Mengurangi kesalahan faktor-faktor manusia. Pelaporan SIRS RL 1 “Data Dasar Rumah Sakit” RL Data Dasar Rumah Sakit RL Indikator Pelayanan Rumah Sakit RL Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap RL 2 “Ketenagaan” RL 3 “Pelayanan” RL Rawat Inap RL Rawat Darurat RL Gigi dan Mulut RL Kebidanan RL Perinatologi RL Pembedahan RL Radiologi RL Laboratorium RL Rehabilitasi Medik RL Pelayanan Khusus RL Kesehatan Jiwa RL Keluarga Berencana RL Farmasi Rumah Sakit RL Rujukan RL Cara Bayar RL 4 “Morbiditas dan Mortalitas” RL Penyakit Rawat Inap RL Penyakit Rawat Jalan RL 5 “Pengunjung Rumah Sakit” RL Pengunjung Rumah Sakit RL Kunjungan Rawat Jalan RL Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap RL Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Waktu Pelaporan Laporan Updating RL 1, RL Laporan Tahunan RL RL RL 2, RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL 4, RL RL Laporan Bulanan RL 5, RL RL RL RL Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap 1. BOR Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman 1994 adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI 2005, BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% Depkes RI, 2005. Rumus jumlah hari perawatan di rumah sakit × 100%jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode 2. ALOS Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat ALOS menurut Huffman 1994 adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari Depkes, 2005. Rumus jumlah lama dirawat jlh pasien keluar hidup + mati 3. TOI Turn Over Interval = Tenggang perputaran TOI menurut Depkes RI 2005 adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus jumlah tempat tidur × Periode − Hari Perawatan jlh pasien keluar hidup + mati 4. BTO Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur BTO menurut Huffman 1994 adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus Jumlah pasien dirawat hidup + mati jumlah tempat tidur 5. NDR Net Death Rate NDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%jumlah pasien keluar hidup + mati 6. GDR Gross Death Rate GDR menurut Depkes RI 2005 adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%jumlah pasien keluar hidup + mati MENGHITUNG TENAGA PERAWAT A. Cara rasio Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang ini paling sering digunakan karena sederhana dan ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang digunakan bila kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT A & B 1/4-7 3-4/2 1/3 1/1 C 1/9 1/1 1/5 ¾ D 1/15 1/2 1/6 2/3 Khusus Disesuiakan Keterangan TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur TPP = Tenaga Para Medis Perawatan TPNP = tenaga para medis non perawatan TNP = tenaga non medis Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional. B. Cara Demand Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko 1992 setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut untuk kasus gawat darurat 86,31 menituntuk kasus mendesak 71,28 menituntuk kasus tidak mendesak 33,09 menit Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut NoJenis pelayananRata – rata jam perawatan / hari1Non bedah 3,4 2Bedah 3,4 3Campuran bedah dan non bedah 3,5 4Pos partum 3,0 5Bayi baru lahir 2,5 Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need. C. Cara Gillies Gillies 1989 mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut Keterangan A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata-rata jumlah pasien /hari C= Jumlah hari/tahun D = Jumlah hari libur masing-masing perawat E = jumlah jam kerja masing-masing perawat F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut Prinsip perhitungan rumus Gillies Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu a Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson 1994 kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk self care dibutuhkan ½ x 4 jam 2 jampartial care dibutuhkan ¾ x 4 jam 3 jamTotal care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam 4-6 jamIntensive care dibutuhkan 2 x 4 jam 8 jam b Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit Gillies, 1989, h 245 = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young Gillies, 1989, h. 245 = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien Gillies, 1994 c Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies 1994, waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari. v Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” BOR dengan rumus o Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100% Jumlah tempat tertentu x 365Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hariHari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhariJumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan D. Metoda Formulasi Nina Nina 1990 menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga. Contoh pengitungannya Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat BOR 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb Tahap I Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari Tahap II Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari. B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200 Tahap III Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam Tahap IV Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun. D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500 Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan. Tahap V Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E= 985500/ 1878 = 524,76 525 orang Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun 365 – 52 hari minggu = 313 hari dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari 6 jam E. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan Menurut hasil lokakarya keperawatan Depkes RI 1989, rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies 1989 diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. REFERENSI Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina Jakarta. Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki Yogyakarta Sumber Beberapa Batasan Dalam Penghitungan BORUmumnya, hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir perinatal akan dicatat; dihitung; dan dilaporkan secara terpisah. Jadi, jumlah TT dalam rumus BOR tidak termasuk TT bayi baru lahir bassinet dan jumlah hari perawatan HP dalam rumus BOR juga tidak termasuk HP bayi baru menggunakan data dari lembar laporan RL-1, maka jumlah HP diambil dibaris SUB TOTAL yaitu baris sebelum ditambah perinatologi, bukan baris penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, bisa bulanan, tribulan, semester, atau bahkan penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit seluruh bangsal.Rumus BORBOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah TT yang terpakai O dengan jumlah TT yang tersedia A. Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase %.Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu BOR = O/A x 100%rerata jumlah TT terpakai dalam suatu periode O sama dengan jumlah HP dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan t, atau O = jumlah HP / tmaka, misalnya BOR untuk bulan Januari 2014 dapat dihitung BOR = jumlah HP Januari / A x t x 100%Misalnya dalam bulan Januari 2014 tersedia 10 TT dan tercatat total HP periode Januari 2014 = maka BOR periode Januari 2014 = / 10×31 x 100%= 75,6 %BOR Dengan Perubahan Jumlah TTJika terjadi perubahan jumlah TT dalam periode yang akan dihitung BOR-nya, maka BOR dapat dihitung dengan cara seperti contoh berikut ini misalnya, memiliki TT tersedia 50. Pada tanggal 25 Januari 2014 terjadi penambahan 5 TT. Jumlah total HP hingga akhir periode Januari 2014 = 1250. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2014 yaitu / 50×24+55×7 x 100% = 78,9 %BOR Untuk PerinatologiCara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir perinatologi pada prinsipnya sama dengan rumus BOR diatas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi. Jadi, jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi bassinet dan jumlah HP adalah HP dari kelompok Ideal BORSemakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan kepuasan pasien menurun dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit TT yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% – 85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis RS. RS penyakit khusus tentu beda polanya dengan RSU. Begitu pula RS disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat “kesuksesan” BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat.

rumus bor rumah sakit